Hari ini masih sama, mencoba menutup luka yang menganga, mencoba berdamai hari demi hari, mencoba bergerak, mencoba melakukan rutinitas yang sudah ada. Nampaknya bekerja dan bertemu kolega jauh lebih membantu dari pada hanya berdiam diri dirumah dengan segudang pikiran yang tidak pernah ada habisnya.
Hari
ini masih sama, masih mencoba mengikhlaskan semua yang sudah terjadi. Tapi
apakah mengikhlaskan adalah termasuk menganggapnya sudah tidak ada di dunia ini
? Entahlah, yang pasti untuk saat ini, cara tersebut yang paling efektif untuk
tidak berharap dia kembali. Tidak berharap akan terjadi komunikasi lagi apalagi
bertemu.
Hari
ini masih sama, berusaha menghilangkan jejak, peristiwa, kenangan, dan apapun
selama 10 tahun terakhir. Tak ku sangka manusia setelah menderita kekecewaan
yang amat dalam akan memiliki kekuatan yang tidak pernah dimiliki sebelumnya,
menghapus tanpa sisa.
Hari
ini masih sama, berusaha menata hati dan pikiran atas apa yang telah terjadi.
Terus berusaha meyakinkan penerimaan atas kehilangan dan ditinggalkan. Mencoba
memahami bahwa Tuhan sedang bekerja dan menyelamatkanku.
Hari
ini masih sama, berusaha memperbaiki apa yang hilang dari diriku selama 10
tahun ini. Mencari apa yang tidak bisa kulakukan selama 10 tahun ini. Berusaha mencari
kebahagiaan dalam diriku sendiri, bukan pada orang lain, bukan pada benda,
bukan pada kenangan, bukan pada kejadian selama 10 tahun ini.
Hari
ini masih sama, berusaha menemukan kembali tujuan hidupku yang telah dihancurkan.
Mencari nilai yang tersisa dari diriku. Mencari arah dan jalan kemana aku harus
melangkah. Mencari jati diriku yang baru, karena diriku yang terbentuk selama 10
tahun ini sudah mati kemarin.
Hari
ini masih sama, kulakukan apapun untuk membuat aku menerima segala hal yang
telah terjadi padaku. Menerima bahwa memang akulah yang harus berjalan di atas
jalan ini. Akulah yang terpilih, bukan orang lain. Memang akulah oranganya. Akulah
yang harus menyelesaikannya. Entah untuk pelajaran orang lain, atau malah untuk
bahan bersyukur orang lain.
Tapi
hari ini ada yang berbeda, doaku telah berubah, bukan lagi mengharapkan
semuanya baik-baik saja untuk kami. Kupanjatkan doaku supaya kami tidak pernah
dipertemukan lagi dimanapun. Ku langitkan doa supaya semesta menolong untuk
tidak melihat kenanganku lagi. Doaku semoga aku tidak pernah membutuhkannya
lagi. Mungkin aku egois dan terkesan tidak ingin perpisahan ini baik-baik saja.
Tapi memang itulah adanya, ternyata aku tidak sebaik dan sabarku tidak seluas
itu. Aku berharap aku tidak pernah mendengar kabarnya lagi, dan dia pun tidak
akan pernah mendengar kabarku lagi. Seperti orang yang sedang berduka. Aku
lebih memilih cara tersebut. Dia tidak ada lagi di duniaku. Dia sudah mati.
No comments:
Post a Comment