Tuesday, December 12, 2023

Hari Ini

                Hari ini masih sama, mencoba menutup luka yang menganga, mencoba berdamai hari demi hari, mencoba bergerak, mencoba melakukan rutinitas yang sudah ada. Nampaknya bekerja dan bertemu kolega jauh lebih membantu dari pada hanya berdiam diri dirumah dengan segudang pikiran yang tidak pernah ada habisnya.

              Hari ini masih sama, masih mencoba mengikhlaskan semua yang sudah terjadi. Tapi apakah mengikhlaskan adalah termasuk menganggapnya sudah tidak ada di dunia ini ? Entahlah, yang pasti untuk saat ini, cara tersebut yang paling efektif untuk tidak berharap dia kembali. Tidak berharap akan terjadi komunikasi lagi apalagi bertemu.

              Hari ini masih sama, berusaha menghilangkan jejak, peristiwa, kenangan, dan apapun selama 10 tahun terakhir. Tak ku sangka manusia setelah menderita kekecewaan yang amat dalam akan memiliki kekuatan yang tidak pernah dimiliki sebelumnya, menghapus tanpa sisa.

              Hari ini masih sama, berusaha menata hati dan pikiran atas apa yang telah terjadi. Terus berusaha meyakinkan penerimaan atas kehilangan dan ditinggalkan. Mencoba memahami bahwa Tuhan sedang bekerja dan menyelamatkanku.

              Hari ini masih sama, berusaha memperbaiki apa yang hilang dari diriku selama 10 tahun ini. Mencari apa yang tidak bisa kulakukan selama 10 tahun ini. Berusaha mencari kebahagiaan dalam diriku sendiri, bukan pada orang lain, bukan pada benda, bukan pada kenangan, bukan pada kejadian selama 10 tahun ini.

              Hari ini masih sama, berusaha menemukan kembali tujuan hidupku yang telah dihancurkan. Mencari nilai yang tersisa dari diriku. Mencari arah dan jalan kemana aku harus melangkah. Mencari jati diriku yang baru, karena diriku yang terbentuk selama 10 tahun ini sudah mati kemarin.

              Hari ini masih sama, kulakukan apapun untuk membuat aku menerima segala hal yang telah terjadi padaku. Menerima bahwa memang akulah yang harus berjalan di atas jalan ini. Akulah yang terpilih, bukan orang lain. Memang akulah oranganya. Akulah yang harus menyelesaikannya. Entah untuk pelajaran orang lain, atau malah untuk bahan bersyukur orang lain.

              Tapi hari ini ada yang berbeda, doaku telah berubah, bukan lagi mengharapkan semuanya baik-baik saja untuk kami. Kupanjatkan doaku supaya kami tidak pernah dipertemukan lagi dimanapun. Ku langitkan doa supaya semesta menolong untuk tidak melihat kenanganku lagi. Doaku semoga aku tidak pernah membutuhkannya lagi. Mungkin aku egois dan terkesan tidak ingin perpisahan ini baik-baik saja. Tapi memang itulah adanya, ternyata aku tidak sebaik dan sabarku tidak seluas itu. Aku berharap aku tidak pernah mendengar kabarnya lagi, dan dia pun tidak akan pernah mendengar kabarku lagi. Seperti orang yang sedang berduka. Aku lebih memilih cara tersebut. Dia tidak ada lagi di duniaku. Dia sudah mati.

 

MSD

No comments:

Post a Comment