Thursday, December 28, 2023

Hari ini, 28 Desember 2023

 

Hari ini lebih baik dari hari sebelumnya. Setelah terhenti jalan pagi selama beberapa hari. Hari ini mulai jalan pagi lagi bersama mama. Setelah beberapa hari berhasil mengembalikan jam tidur, dan bangun tidur tanpa kekhawatiran. Hari ini rasa itu mulai datang lagi, setelah terbangun jam 2 tidur ku tidak nyenyak lagi. Ada rasa tidak nyaman, deg-degan, pikiran penuh. Maka dari itu aku memutuskan untuk jalan pagi demi mengurangi sedikit rasa tidak nyaman. Katanya jogging bisa mengurangi rasa sakit akibat sakit hati.

Ternyata cinta bisa membuat wanita sedemikian lemahnya ya. Kalau tidak dilandasi dengan iman kayanya semua wanita yang jatuh cinta kemudian patah hati akan bunuh diri. Bagaimana beberapa hari ini aku menemukan ‘pelarianku’ dan membuat hatiku tenang. Kemudian ‘pelarian’ ini tidak ada lagi. Semua kembali lagi. Aku seakan kembali berjalan mundur setelah beberapa langkah maju dengan keyakinan. Yah, ini memang yang harus aku hadapi, yang ku tau aku harus tetap bergerak dan jangan berhenti apalagi terpuruk dalam waktu lama. Aku masih meraba-raba dan belajar bagaimana bisa benar-benar terlepas dari rasa marah, kecewa, trauma, dan semua perasaan negatif yang lainnya. Ternyata bangkit tanpa orang baru cukup sulit.

Wednesday, December 27, 2023

Hari ini, 27 Desember 2023


Hari ini lebih baik dari hari sebelumnya. Lambat laun semakin lapang dada dalam menerima semuanya. Semakin ringan kaki bergerak untuk melangkah. Semakin banyak rasa syukur atas apa yang masih tersisa. Walaupun kemarin sempat melihatnya secara tidak langsung, dan perasaan sedih tiba-tiba datang. Tapi tidak bertahan lama, dan tidak bergejolak seperti dulu, tidak membuat uring-uringan. Pertama mungkin karena support sistem dirumah sedang lengkap, yang kedua karena langsung kuceritakan pada orang terdekatku, ketiga mungkin karena memang perasaan ini sudah perlahan surut.

Satu-satunya hal yang membuat hatiku tidak nyaman adalah ketika aku melihatnya masih baik-baik saja. Walapun aku tidak tau persis apa yang dia rasakan, siapa yang tau dalamnya hati seseorang. Tapi sisi diriku yang lain menginginkan aku melihatnya sama terpuruknya denganku, sama hancurnya dengan aku, mengingat yang kami lewati tidak sebentara. Aku ingin dia juga teriska dengan apa yang telah dihancurkannya.

Dan menurutku itu wajar dari tahap kehilangan dan ditinggalakan. Aku pun menyadari perasaan duka setalah kehilangan tidak akan pergi atau sembuh, tapi bagaimana kedepannya aku bisa kontrol itu semua. Dan aku masih berusaha menyadari sepenuhnya yang terjadi, dan berusaha mengontrol perasaan dan pemikiranku sendiri, yang nanti suatu saat mudah-mudahan aku bisa benar-benar menerapkan kata ikhlas.

Friday, December 22, 2023

Hari ini, 22 Desember 2023

 

Hari ini alhamdulillah semakin membaik. Walaupun bangun pagi masih dalam keadaan deg-degan dan kurang nyaman, namun efeknya tidak terlalu lama dan tidak terlalu menyesakan seperti yang lalu. Perasaan hampa masih sama, perasaan kosong masih sama. Tapi aku masih mencoba menjalani sambil berharap Allah akan segera menyelesaikan dan memberikan jalan yang terbaik. Tidurku pun semakin panjang dan nyenyak. Semoga ini tanda-tanda aku mulai bisa mengatasi stress dan tekanan. Rasa takutku bukan karena kehilangannya lagi, insyallah aku sudah ikhlas kalo memang dia akan benar-benar pergi dan tidak kembali, rasa takutku lebih kepada bagaimana aku dapat menghadapi dunia luar. Bagaimana aku bisa menghadapi dunia dengan statusku yang baru nanti. Walaupun aku sadar pendapat orang lain bukanlah sesuatu yang bisa aku kendalikan. Namun tetap saja, aku yang basicnya sudah sering overthinking sedikit sulit untuk menghadapi ini.

Ada keyakinan besar juga dalam diriku bahwa aku akan baik-baik saja. Aku punya Allah yang sudah mengatur semuanya. Aku punya orang tua yang masih lengkap yang selalu mendukungku dalam kondisi apapun. Aku punya sahabat yang mau mendengarkan keluh kesahku kapanpun kuhubungi mereka. Aku diberikan cukup rezeki oleh Allah SWT. Fisikku sehat, aku tidak sakit. Sepatutnya Aku bersyukur dengan hal-hal terbaik tersebut. Karena tidak semua orang memiliki.

Thursday, December 21, 2023

21 Desember 2023

 

Hari ini lebih baik dari sebelumnya. Tadi malam bisa tertidur tanpa mama disampingku. Semoga ini langkah awal bahwa aku bisa baik-baik saja telah ini. Bahwa aku bisa kembali menemukan diriku yang dulu dengan versi yang lebih baik. Rasanya pelan-pelan aku sudah mulai bisa berdamai pada diriku sendiri, walaupun serangan kenangan-kenangan itu masih sering terlintas dan menjadi pemicu kemarahan dan kesedihan yang tidak bisa aku kontrol. Aku sudah bisa mulai terhibur dengan video-video lucu, tertawa, bercanda. Tapi tidak dapat kupungkiri rasa kecewa dan marahku mungkin tidak akan hilang, atau mungkin akan memerlukan waktu yang lama untuk hilang. Yang kutau saat ini aku harus tetap bergerak apapun yang terjadi, mungkin langkahku pelan, dan bisa melangkah mundur, tapi aku harus tetap melangkah, bergerak, apapun yang terjadi.

Sering ada keinginan untuk menghubunginya lagi, namun ku tau akan sia-sia. Sebenarnya ada rasa lega dan beban yang hilang, ketika aku sudah tidak meghubunginya lagi tapi juga dibarengi dengan rasa hampa. Semoga dengan tidak berbagi kabar seperti ini bisa membuat kami berpikir jernih, apapun hasil akhirnya nanti. Time will tell. God never sleep.

20 Desember 2023

 

Hari ini aku merasa lebih baik dari sebelumnya. Alhamdulillah, semoga Allah selalu meringankan langkah-langkahku selanjutnya. Meskipun tidak bisa kupungkiri kenangan indah dan buruk selalu bisa muncul tanpa komando, tapi efeknya perlahan menjadi lebih jinak. Aku mencoba jujur pada beberapa orang yang kupastikan dapat membantuku keluar dari keadaan duka yang aku merasa tidak ada habisnya. Jujur bahwa aku sedang tidak baik-baik saja. Bahwa bebanku sedang tidak dapat ku tanggung sendiri. Orang-orang ini yang kupastikan dapat meringankan, menjaga, dan menemaniku apapun keadaanku. Ternyata jujur tidak seburuk yang ku kira, walalupun statusku belum ku buka sepenuhnya, tapi jujur dengan keadaanku dapat meringankan pundakku.

Namun perasaan dan pertanyaan “kok bisa” masih saja kerap datang tanpa permisi. Kok bisa orang yang telah bersamaku selama 10 tahun ini dapat menyakiti dan menghancurkanku dalam sekejap mata. Kok bisa orang yang selama ini ku kenal bertanggung jawab, setelah mengikrarkan janjinya pada Tuhan dan orang tuaku malah pergi begitu saja. Kami tumbuh bersama selama 10 tahun, melewati masa remaja sampai dewasa bersama-sama. Melewati banyak peristiwa bahagia dan tidak sedikit yang menyakitkan bersama-sama. Cerita mana yang aku tidak tau, kebohongan mana yang aku tidak ku toleransi, marah mana yang tidak aku maklumi, tolong apa yang tidak kusambut. Namun, semuanya tidak pernah ternilai dimatanya. Selama 10 tahun ini ternyata tidak ada sedikitpun kebaikanku yang diingat. Hal ini yang masih membuatku kerap marah pada dia, pada diriku sendiri, pada keadaan, pada waktu, pada semua yang bisa kusalahkan. Namun pada saat yang sama, teringat lagi pada Allah yang Maha Baik yang telah membuat takdirku, yang mungkin dengan begini aku sudah diselamatkan dari hal buruk kedepannya. Mungkin ini memang kejadian yang membuatku menjadi manusia yang belajar untuk menjadi lebih baik, lebih sabar, dan belajar lebih-lebih yang lain. Ketika kemarahanku datang, datang juga harapan penuh syukur akan kehidupan yang lebih baik nantinya. Aku percaya Allah akan menjagaku, menggantikan apa yang hilang dalam diriku dengan yang menurut Allah lebih indah, lebih membuatku bahagia.

Friday, December 15, 2023

Hari ini, 15 Desember 2023

            Hari ini rasanya masih hampa. Apa yang dilakukan terasa hambar. Apapun yang dilakukan terasa salah di dalam hati. Ada yang mengganjal dalam hati tapi tidak tau apa. Entah karena desember ini hujan sudah mulai sering, yang membuat suasana hati jadi tidak enak setiap pagi. Atau memang pahitnya kehilangan masih betah berada dalam hati. Walaupun kadang-kadang aku sudah mulai memasuki tahap penerimaan perpisahan ini, tapi tetap saja sering sekali aku bertanya tanya apa arti 10 tahun ini. Tidak adakah kebaikan yang ada adalam diriku sehingga aku pantas untuk dicampakan begitu saja. Tidak adakah momen bahagia yang kami lalui selama ini sehingga dia langsung bisa memutus kontak sama sekali. Sementara aku disini berjuang mati-matian untuk bisa bangkit dan bisa tetap hidup. Kadang masih ada pertanyaan, kenapa bisa terjadi, kenapa bisa, kenapa bisa? Yang sampai saat ini jawaban pastinya pun aku masih tidak tau apa. Orang bilang tidak semua kenapa ada jawabannya, tidak semua pertanyaan harus terjawab. Tapi untuk saat ini kurasa aku sangat perlu jawaban untuk bisa bangkit dan hidup kembali. Terkadang aku lega akhirnya bisa melepaskan diri setelah 10 tahun. Tapi terkadang juga perasaan sakit dan rindu itu terus datang mengingat banyak kejadian dan proses dalam hidupku yang kulewati bersama dia. Kami tumbuh bersama-sama. Setidaknya itu yang ku rasakan semala ini. Kami melalui hal-hal baru bersama, kuliah, awal bekerja, kehilangan orang tersayang, bertemu orang-orang baru, sakit hati, sedih, saling menguatkan, semuanya. Tidak adakah satupun kebaikanku yang diingatnya? Kesal pada diriku sendiri karena belum bisa menerima sepenuhnya perpisahan ini, sementara aku yakini dia baik-baik saja. Kesal pada diri sendiri karena masih teringat kebaikan-kebaikannya padahal dia sudah jahat sedemikian rupa. Kesal karena aku merasa statusku tidak jelas. Kesal karena harus memakai topeng setiap hari jika aku berangkat bekerja. Jujur terhadap statusku yang baru sangat sulit ternyata. Aku masih belum bisa mengira-ngira respon apa yang akan ku dapatkan, dan respon apa yang akan aku sampaikan ketika pasti akann banyak pertanyaan  nanti. Meskipun aku tau respon orang lain bukanlah sesuatu yang dapat kita kendalikan, termasuk ucapan dan tindakan. Tapi membayangkan saja aku sudah malas dan tidak sanggup, makanya sampai saat ini aku masih belum bisa jujur pada orang-orang. Kecuali pada sahabat terdekatku. Mungkin hatiku berat karena kau selalu memikirkan kemungkinan terburuk dan belum berani melangkah ke arah kepastian. Aku masih berada dalam zona aman. Zona aman bukan artinya zona nyaman. Karena sedikit dari pikiranku masih berharap kami baik-baik saja, tapi sebagaian besar lainnya berpikir lebih realistis. Jika kau menerukan semua maka akan sulit bagaiku untuk menemukan kebahagiaan yang selama iinia aku semogakan. Rasanya sikapnya sudah mencoreng nama baiknya yang ada dalam diriku selama 10 tahun ini. Citra baik dirinya yang aku tau seudah hancur lebur. Tapi aku masih kalah dalam  kenangannya. Yang membuatku sering kembali merasa hidup tapi mati, mati tapi ternyata aku masih hidup. Selama 10 tahun aku juga pernah sakit hati, menangis, dan mederita karena sikapnya. Tapi mengapa kenangan manisnya masih terus menang dan mengahantam dadaku begitu keras. Sampai membuatku tersungkur pada namanya rindu?



MSD

Thursday, December 14, 2023

Duka yang (belum) Usai

             Air mata memang tidak pernah bisa di atur kapan akan turun. Pagi ini selepas rutinitas jalan pagi, istirahat sejanak, tiba-tiba semua memori kembali lagi. Air mata jatuh lagi. Walaupun kali ini hanya sedikit, tapi rasa sakitnya masih sama. Pergolakannya masih sama. Kupeluk mama yang sedang ada disampingku. Aku tau mamapun sakit hati, mungkin lebih sakit, melihat anak yang dibesarkannya penuh cinta dan kasih sayang telah dihancurkan oleh orang yang sudah dipercaya tanpa tanggung jawab.

Tidak ada kata-kata yang pantas diucapkan sekarang selain “Sabar.” “Semua akan berlalu, bahagia pasti akan datang” adalah kata-kata klise yang selalu mama ucapkan tapi cukup mengurangi sedikit luapan emosi yang tiba-tiba datang tanpa permisi. Sejenak aku tenang, kembali menerima takdir yang Tuhan tuliskan. Takdir ini memang yang terbaik untukku. Walaupun sangat menyakitkan sekarang tapi keyakinan akan bahagia nantinya juga ada.

Seperti orang berduka, orang yang dikecewakan dan ditinggalakan juga butuh waktu yang tidak sebentar, apalagi aku yang sudah satu dekade menjalani itu semua. Rasanya tidak bisa hilang dalam sekejap. Entah satu bulan, dua bulan, tiga bulan lagi. Tapi aku percaya akan kutemukan bahagiaku lagi. Rasanya aku hidup tapi mati, mati tapi aku masih hidup. Melakukan semua yang aku bisa tapi dengan keadaan setengah sadar. Semua masih seperti mimpi. Aku berjalan tapi tidak menapak didaratan. Terkadang aku menginginkan Tuhan tidak mengembalikan rohku saat aku bangun pagi. Rasanya semuanya hampa. Tidak ada lagi makanan kesukaan, tontonan kesukaan, buku kesukaan. Kosong.

Tapi aku harus tetap hidup, aku harus meyakini Tuhan tidak akan memberi cobaan diluar batasku. Bukankah seperti itu keyakinan orang yang meyakini agama dan Tuhan? Tuhan akan menolongku ketika aku meminta. Dan perpisahan ini adalah cara Tuhan untuk menolongku. Masih ada banyak manusia-manusia baik yang menyayangiku, membutuhkanku, percaya aku akan baik-baik saja dan bisa melewati semua ini.

Pagi ini setelah pergumulan yang datang sekejap kembali ku langitkan doa-doa ku meminta pengampunan pada Tuhan. Meminta petunjuk untuk langkahku pada hari ini. Meminta agar aku dimudahkan. Meminta kebahagiaanku segera datang.



MSD

Wednesday, December 13, 2023

Duka yang (Tak Pernah) Usai

Ada perasaan galau yang semakin kuat dari kemarin. Tidak tau harus bagaimana, sudah mencoba berzikir dan bersholawat, namun rasa tidak nyamannya tetap tidak mau pergi. Rupanya kehilangan orang yang sudah sejak lama bersama memang menyisakan duka dan luka yang dalam. Perasaan tidak berdaya, tidak memiliki siapa-siapa untuk diandalkan, tidak punya orang untuk membagikan kejadian-kejadian kecil sampai serius yang terjadi dalam sehari. Aku kehilangan sosok itu. Tidak dipungkiri, selama ini rasa bahagia kugantungkan padanya. Rasa nyaman ku sandarkan padanya. Ketika sosok itu pergi, semua hal yang telah menjadi rutinitas dan kebiasaanku menjadi berantakan. Walaupun aku masih punya support system yang lain, namun sosok ini adalah core dalam hidupku. Orang yang tau aku luar dan dalam, jatuh bangunku, duka, luka dan bahagiaku. Orang ini yang selalu mendukung dan menemaniku disetiap keadaan. Tapi orang ini juga dengan kesadarannya menoreh luka yang amat dalam, meninggalkanku dalam kegelapan, melepasku begitu saja, dan membiarkanku buta dengan dunia yang baru yang aku tidak mengetahui bagaimana aku bisa berjalan dan hidup disana. Rasa benci, dendam dan amarah masih sebanding dengan rasa butuhku terhadapnya. Tidak kupungkiri, ada rasa peduli dan rasa ketergantungan yang sangat sulit dihilangkan. Aku rindu kenangannya, tapi aku benci orangnya. Tidak dapat kubayangkan jika harus hidup bersamanya, jika dicoba mungkin aku akan menyerah juga pada akhirnya. Namun melepaskan ternyata juga berat bagiku, tertatih-tatih menyusun ulang hidupku yang berantakan. Menata ulang kehidupanku yang berubah sekejap mata. Ya, sekejap mata. Rasanya masih seperti mimpi. Rasanya baru kemarin hari-hari bahagia kami semogakan dan nantikan. Tiba-tiba sekarang pergumulan datang. Semudah itu Tuhan membolak-balikan hati manusia. Semudah itu semuanya berubah. Aku yang tentu saja tidak pernah siap jika ini datang menjadi shock berat. Aku oleng seketika, rasanya hancur berkeping-keping. Tidak ada lagi semangat dihidupku, tujuan itu tak pernah sampai. Telah ku usahakan segala cara, kulangitkan segala doa, tapi Tuhan punya jawaban berbeda. Kami tidak akan pernah menjadi satu. Jika bukan dalam ikatan yang sah, mungkin meninggalkan dan ditinggalkan akan jauh lebih mudah menghadapinya. Pernikahan kami berjalan 3 bulan. Selain karena terlalu sakit ditinggalkan tidak dipungkiri aku juga sakit memikirkan anggapan dan omongan yang akan keluar dari mulut orang lain yang tidak tau cerita sebenarnya. Berkali-kali aku menyalahkan takdir namun berkali kali juga aku berterima kasih pada Tuhan karena telah menyayangiku. Dia menyayangiku dengan cara-Nya, yang aku tau dan yakini adalah rasa sayang yang paling hakiki yang aku butuhkan. Berkali-kali aku bertanya, meraung, memohon, meratap kenapa harus aku yang menjalani ini semua, ku minta agar Tuhan merubah jalannya seperti yang ku inginkan namun berkali-kali juga Tuhan menjawab dengan cara-Nya. Memang harus aku, memang harus seperti ini jalannya dan memang harus sekarang. Inilah jalan terbaik yang telah Tuhan berikan kepadaku. Walaupun caranya sakit, bukan sekedar sakit. Aku merasa seluruh hidupku terkoyak habis-habisan, tapi memang inilah yang terbaik untuku sekarang.  Sabar dan Ikhlas memang hanya mudah untuk diucapkan…

Duka Hari Ini

Mendung menggantung sejak selepas subuh. Matahari enggan menampakan diri, langit abu-abu dan angin meniup sendu. Kurasakan ada rasa berat dalam dada sejak tadi malam. Kucoba terus mengingat-Nya untuk terlepas dari belenggu kegalauan. Pagi ini jawaban itupun datang, kabar duka dari “keluarga”. Innalillahi wainnaillaihi roji’un. Sesungguhnya semua yang bernyawa akan kembali kepada-Nya. Hari ini Tuhan memanggil salah satu orang yang bermakna. Beliau belum pernah kutemui sampai Dia memanggilnya, namun mengambil peran yang cukup penting dalam hidupku. Ku langitkan segera doa untuk beliau, semoga kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan di dunia dapat mengantar beliau ketempat paling indah di surga.

              Aku tidak dapat kabar duka tersebut dari “keluarga”. Entah karena rasa segan kepadaku atau memang aku sudah tidak dianggap “keluarga”. Namun rupanya hal ini menyisakan rasa tidak nyaman dan tanda tanya dalam diriku, “Siapa sih aku sebenarnya?” Ini semakin menguatkanku untuk segera “menyelesaikan” semuanya. Setelah tahun ini berakhir, akan kujadikan semuanya nyata dan jelas. Bukan tidak menghargai mereka yang sedang berduka. Tapi duka-ku pun perlu ku akhiri.



MSD

Tuesday, December 12, 2023

Hari Ini

                Hari ini masih sama, mencoba menutup luka yang menganga, mencoba berdamai hari demi hari, mencoba bergerak, mencoba melakukan rutinitas yang sudah ada. Nampaknya bekerja dan bertemu kolega jauh lebih membantu dari pada hanya berdiam diri dirumah dengan segudang pikiran yang tidak pernah ada habisnya.

              Hari ini masih sama, masih mencoba mengikhlaskan semua yang sudah terjadi. Tapi apakah mengikhlaskan adalah termasuk menganggapnya sudah tidak ada di dunia ini ? Entahlah, yang pasti untuk saat ini, cara tersebut yang paling efektif untuk tidak berharap dia kembali. Tidak berharap akan terjadi komunikasi lagi apalagi bertemu.

              Hari ini masih sama, berusaha menghilangkan jejak, peristiwa, kenangan, dan apapun selama 10 tahun terakhir. Tak ku sangka manusia setelah menderita kekecewaan yang amat dalam akan memiliki kekuatan yang tidak pernah dimiliki sebelumnya, menghapus tanpa sisa.

              Hari ini masih sama, berusaha menata hati dan pikiran atas apa yang telah terjadi. Terus berusaha meyakinkan penerimaan atas kehilangan dan ditinggalkan. Mencoba memahami bahwa Tuhan sedang bekerja dan menyelamatkanku.

              Hari ini masih sama, berusaha memperbaiki apa yang hilang dari diriku selama 10 tahun ini. Mencari apa yang tidak bisa kulakukan selama 10 tahun ini. Berusaha mencari kebahagiaan dalam diriku sendiri, bukan pada orang lain, bukan pada benda, bukan pada kenangan, bukan pada kejadian selama 10 tahun ini.

              Hari ini masih sama, berusaha menemukan kembali tujuan hidupku yang telah dihancurkan. Mencari nilai yang tersisa dari diriku. Mencari arah dan jalan kemana aku harus melangkah. Mencari jati diriku yang baru, karena diriku yang terbentuk selama 10 tahun ini sudah mati kemarin.

              Hari ini masih sama, kulakukan apapun untuk membuat aku menerima segala hal yang telah terjadi padaku. Menerima bahwa memang akulah yang harus berjalan di atas jalan ini. Akulah yang terpilih, bukan orang lain. Memang akulah oranganya. Akulah yang harus menyelesaikannya. Entah untuk pelajaran orang lain, atau malah untuk bahan bersyukur orang lain.

              Tapi hari ini ada yang berbeda, doaku telah berubah, bukan lagi mengharapkan semuanya baik-baik saja untuk kami. Kupanjatkan doaku supaya kami tidak pernah dipertemukan lagi dimanapun. Ku langitkan doa supaya semesta menolong untuk tidak melihat kenanganku lagi. Doaku semoga aku tidak pernah membutuhkannya lagi. Mungkin aku egois dan terkesan tidak ingin perpisahan ini baik-baik saja. Tapi memang itulah adanya, ternyata aku tidak sebaik dan sabarku tidak seluas itu. Aku berharap aku tidak pernah mendengar kabarnya lagi, dan dia pun tidak akan pernah mendengar kabarku lagi. Seperti orang yang sedang berduka. Aku lebih memilih cara tersebut. Dia tidak ada lagi di duniaku. Dia sudah mati.

 

MSD

Dongeng Si Bodoh

Banjarbaru, 7 Juli 2022

11:38 WITA sedang di kantor, duduk dimejaku dengan laptop masih meyala, namun tak ada pekerjaan yang kulakukan, mataku tertuju pada laptop namun pikiranku masih melayang pada kejadian sebulan yang lalu dipenghujung bulan Mei. 

29 Mei 2022 kudapati tangkapan layar di google photo telepon selular milik seseorang yang telah kuanggap rumah selama 8 tahun belakang ini, bukan sekedar foto tangkapan layar biasa, foto tersebut adalah fotonya sedang melakukan panggilan video dengan wanita lain. Ya, dengan wanita lain, bukan hanya satu foto, terdapat foto panggilan video lain dengan waktu berbeda. Wanita tersebut tidak memakai hijab dengan rambut panjangnya. Tidak berhenti disitu, ku dapati juga foto-foto wanita itu, entah dia sedang selfie, sedang memamerkan tangannya, sedang rafting, dan lain-lain. Yang lain, kudapati juga tangkapan layar berupa percakapan mereka, dalam percakapan itu wanita tersebut memanggilnya dengan "sayang" dan  dari sana ku tau wanita tersebut baru saja mengirimkan video sedang berolahraga memakai pakaian yang terbuka, dari sana juga ku tau nama wanita tersebut.

Dunia seperti berhenti, tanganku kaku, namun kurasakan tubuhku bergetar, shock berat yang kutahan ternyata berefek dahsyat pada tubuhku, linglung, dan langsung terduduk. Orang yang kuanggap rumah selama ini mengkhianatiku, rumahku telah runtuh. 

Namun akal sehatku segera mengambil tindakan, aku tidak boleh kalah, aku tidak boleh gegabah, tidak akan kubiarkan air mataku mengalir untuk orang yang telah mengkhianatiku, aku harus tau kebenarannya, sepahit apapun. 

Dia yang sedang tertidur ku bangunkan perlahan. Walaupun berusaha tegar, namun tak ada suara yang dapat keluar dariku, tercekat, dan mual rasanya membayangkan bahwa ini benar-benar nyata. Hanya kutunjukan telepon selularnya yang menampilkan tangkapan layar pertama yang kutemukan. Dia diam tertegun, terkejut mungkin atau memang sudah menyiapkan mental apabila ini terjadi. Hening menyelimuti kami berdua, lama, tidak ada yang berani memulai. Rasa takutku membuatku terus mengulur waktu dengan diam. 

"Seberapa jauh yang kamu mau tau?" Kalimat pertamanya akhirnya memecah keheningan. 

"Semuanya" hanya kata itu yang dapat keluar dari mulutku.

Dia mulai menceritakan semuanya, wanita itu adalah teman satu angkatannya ketika seleksi masuk pekerjaannya sekarang, dia juga diterima namun ditempatkan berbeda kota. Hubungan mereka telah terjadi sekitar satu bulan. Berawal dari menanyakan stok uang baru untuk nasabahnya, hubungan itu berlanjut. Wanita tersebut sudah menikah namun baru saja menggugat suaminya. Dia datang dengan alasan penasaran dengan alasan wanita tersebut menggugat suaminya. Hubungan mereka berlanjut dengan telepon dan panggilan video. 

Walaupun hubungan kami sudah 8 tahun, terkadang terbersit dipikiranku bahwa hal ini mungkin akan ku alami. Namun ketika ini memang terjadi, aku tak pernah membayangkan rasa sakitnya akan sedalam ini. Seperti ada batu besar yang entah jatuh dari mana langsung menghantam dadaku. Berat dan sesak.

Aku yang sudah bukan remaja lagi, semakin bingung entah apa yang harus ku lakukan setelah itu. Dia adalah rumahku selama ini. Rumah yang nyaman, damai, dan ketika jauh selalu ku rindukan untuk segera pulang. Rumahku yang kukira kokoh dan tahan guncangan nyatanya sudah roboh dalam hitungan detik. Aku kehilangan rumahku, aku kehilangan "barang" yang ada didalamnya. Aku yang merasa sudah tidak ada pilihan selain mempertahankan apapun yang terjadi.

Harusnya ku tinggalkan rumah itu sejak saat itu, ku biarkan ada penghuni yang baru masuk menikmatinya. Nyatanya si bodoh ini berusaha dengan kebodohannya membangun puing-puing rumah tersebut sendiri. Berusaha menambah dan mencari "barang yang hilang" agar rumah tersebut bisa dihuni dengan lebih nyaman nantinya. Pada akhirnya nanti si bodoh akan tahu usahanya hanya membawa kesia-siaan.

Si bodoh ini berusaha tanpa berbicara pada siapapun.


~MSD