Hari ini lebih baik dari kemarin.
Sudah dua bulan sejak pertemuan terakhir kami di banjarbaru, terakhir kali aku
cium tangannya. Sekaligus pertengkaran terakahir kami. Sekaligus dimulainya
rangkaian perpisahan ini. Dua bulan tapi rasanya sudah lama sekali. Rasanya aku
sudah bertahan bertahun-tahun. Hari ini rasanya ada amarah dan kesal yang
memuncak, ada perasaan berat yang tidak bisa dijelaskan, padahal aku sudah
tidak melihatnya dimanapun, semua media sosial yang berkaitan dengannya sudah
ku hapus, bahkan aku menghapus akun shopee yang sudah punya member gold dan
limit paylatter 15 juta, cuma karena ada dia di daftar pengikutku. Sebegitunya aku
menghindari melihatnya. Sebegitunya aku tidak ingin dia ada disekitarku.
Kemarahan hari ini rasanya ditambah dengan waktu pms yang datang. Rasanya semua
salah dimataku.
Tidak dipungkiri, pikiranku masih
sering mengingatnya, secara tiba-tiba datang. Sekeras apapun aku mencoba
mengabaikan dan bahkan melupakan, kenangan itu masih melekat. Aku tau aku adalah
wanita yng belum cukup kuat untuk membencinya sedemikian rupa. Terkadang kebaikannya
lah yang masih ku ingat dan kadang-kadang membuatku menyesal telah meklakukan
hal-hal yang membuat perpisahan ini begitu mudah baginya, begitu mudah iya
meninggalkan. Namun apabila ditanya ketika Allah balikkan kembali hatinya
kepadaku, apakah aku akan menerimanya kembali, sedikit hatiku menjawab, ya I
will. Tapi yang lebih besar menjawab tidak, karena aku sudah kehilangan rasa
hormatku kepadanya. Sudah hilang rasa seganku kepadanya. Sudah hilang rasa yang
menganggap dia laki-laki yang bertanggung jawab.
Kaya keluarga yang berbuat salah,
ketika keluarga yang memiliki ikatan darah memiliki salah kepada kita atau
merugikan kita sebagai keluarganya. Apakah kita mempermalukannya dihadapan
orang-orang? Aku rasa tidak, kita memang sudah cukup untuk tidak peduli, benci
mungkin, tapi tetap ada rasa untuk menjaga nama baiknya. Begitulah dia dimataku
selama ini sampai sekarang. Sepuluh tahun hubungan kami, kuanggap dia keluarga,
kubantu bahkan sebelum dia minta tolong, tak pernah kuungkit sedikitpun, materi
maupun non materi. Tapi nampaknya ketulusan itu hanya dianggap sebelah mata dan
tidak pernah diperhitungkan ketika dia meninggalkanku karena satu kesalahanku. Dan
sampai sekarang ini yang membuatku kesal dan marah kepada semua tetntang dia.
No comments:
Post a Comment