Thursday, January 4, 2024

Hari ini, 4 januari 2024

 

Hari ini lebih baik dari kemarin. Sudah dua bulan sejak pertemuan terakhir kami di banjarbaru, terakhir kali aku cium tangannya. Sekaligus pertengkaran terakahir kami. Sekaligus dimulainya rangkaian perpisahan ini. Dua bulan tapi rasanya sudah lama sekali. Rasanya aku sudah bertahan bertahun-tahun. Hari ini rasanya ada amarah dan kesal yang memuncak, ada perasaan berat yang tidak bisa dijelaskan, padahal aku sudah tidak melihatnya dimanapun, semua media sosial yang berkaitan dengannya sudah ku hapus, bahkan aku menghapus akun shopee yang sudah punya member gold dan limit paylatter 15 juta, cuma karena ada dia di daftar pengikutku. Sebegitunya aku menghindari melihatnya. Sebegitunya aku tidak ingin dia ada disekitarku. Kemarahan hari ini rasanya ditambah dengan waktu pms yang datang. Rasanya semua salah dimataku.

Tidak dipungkiri, pikiranku masih sering mengingatnya, secara tiba-tiba datang. Sekeras apapun aku mencoba mengabaikan dan bahkan melupakan, kenangan itu masih melekat. Aku tau aku adalah wanita yng belum cukup kuat untuk membencinya sedemikian rupa. Terkadang kebaikannya lah yang masih ku ingat dan kadang-kadang membuatku menyesal telah meklakukan hal-hal yang membuat perpisahan ini begitu mudah baginya, begitu mudah iya meninggalkan. Namun apabila ditanya ketika Allah balikkan kembali hatinya kepadaku, apakah aku akan menerimanya kembali, sedikit hatiku menjawab, ya I will. Tapi yang lebih besar menjawab tidak, karena aku sudah kehilangan rasa hormatku kepadanya. Sudah hilang rasa seganku kepadanya. Sudah hilang rasa yang menganggap dia laki-laki yang bertanggung jawab.

Kaya keluarga yang berbuat salah, ketika keluarga yang memiliki ikatan darah memiliki salah kepada kita atau merugikan kita sebagai keluarganya. Apakah kita mempermalukannya dihadapan orang-orang? Aku rasa tidak, kita memang sudah cukup untuk tidak peduli, benci mungkin, tapi tetap ada rasa untuk menjaga nama baiknya. Begitulah dia dimataku selama ini sampai sekarang. Sepuluh tahun hubungan kami, kuanggap dia keluarga, kubantu bahkan sebelum dia minta tolong, tak pernah kuungkit sedikitpun, materi maupun non materi. Tapi nampaknya ketulusan itu hanya dianggap sebelah mata dan tidak pernah diperhitungkan ketika dia meninggalkanku karena satu kesalahanku. Dan sampai sekarang ini yang membuatku kesal dan marah kepada semua tetntang dia.

No comments:

Post a Comment